Voltaire
adalah nama samaran untuk Francois Marie Arouet yang lahir pada tahun 1694. dia
lahir dari dari golongan borjuis. Keinginan ayahnya supaya dia menjadi ahli
hukum ternyata hanya angan-angan belaka, karena ia tidak tertarik dengan ahli hukum, namun ia
justru tertarik pada bidang sastra. Karier panjang Voltaire dimulai dengan
pendidikannya di Louis-le-Grand.
Perjalanan
ke Inggris dianggap sebagai awal pembentukannya sebagai seorang filosuf. Selama
di Inggris Voltaire mengembangkan pengetahuannya dengan banyak membaca karya
filosuf Inggris, yang sangat mempengaruhi pemikirannya. Voltaire adalah seorang
tokoh rasionalis, yang menulis sebuah essay sejarah yang telah menolak visi
tradisional yang bersumberkan kitab suci, dan memperjuangkan rasio sebagai
intepretasi sejarah secara teologis. Pandangan Voltaire merupakan usahanya
untuk membentuk penganut faham proggres yang ditentukan oleh manusia. Dengan
demikian, Voltaire termasuk sejarawan yang berpandangan maju dan sekuler, yang
hanya mengakui akal manusia yang dapat menuju kamajuan proses sejarah manusia
untuk mencapai masa depan yang gemilang.[1]
“Hendriade” (1728)
merupakan karyanya yang panjang. Dalam Henriade dapat dilihat kebencian
Voltaire terhadap penyiksaan-penyiksaan yang dilakukan oleh para rohaniawan
abad ke-16 serta toleransinya yang besar dalam karyanya yang berjudul Epitre a Uranie (1722). Sikap
Deisme-anti Kristennya mendahului pujiannya terhadap budaya kosmopolitan,
seperti tercermin dalam surat-suratnya dari Negeri Belanda pada tahun 1722.
Filsafat menjadi inti puisi-puisi filosofisnya. [2]
Karya –karya Voltaire yang ditulis setelah perjalanannya ke
Inggris, merapakan bom pertama yang akan menjatuhkan Rejim lama (Ancient Regime). Voltaire menyadari
kekuatan dan arti karyanya yang berjudul The
Philosophical Letters, sehingga ia berusaha menjaganya dari perdaran umum.
Voltaire memuji toleransi beragama serta kebebasan yang dimiliki orang-orang
Inggris sebaliknya ia mengecam hirarki gereja yang kaku dan
penindasan-penindasan terhadap kebebasan yang paling mendasar di negerinya
sendiri. Ia juga memuji perdagangan bebas dan sistem egalitarian dalam
perpajakan di Inggris, sebaliknya ia mengecam privilese (hak-hak istimewa) di Perancis. Ia lebih menyukai para
filsuf Inggris yang empiris, ia juga mengabaikan prasangka kebangsaan. Di
tempat tinggalnya di Cirey, ia menghasilkan karya-karyanya di bidang filsafat,
eksperimen-eksperimen di bidang fisika dan usaha mempopulerkan metafisika
Newton, serta menjadi pionir dalam melakukan kritik terhadap kitab Injil. Yang
terpenting bagi sejarawan, Voltaire-lah yang memulai penulisan sejarah modern
dalam historiografi Perancis. Karyanya yang terkenal di bidang sejarah adalah The Age Of Louis XIV yang ditulis pada
awal tahun 1732.[3]
Dengan
membaca karya ini orang akan mengetahui atau memahami kebudayaan Perancis abad
ke 17, maka tidak salah karya ini merupakan karya yang paling berharga. Tujuan
penulisan karya ini adalah untuk melukiskan semangat zaman (ZeitGeist), dan ia berhasil. Karyanya
yang lain yang berjudul “ The Essay on te
Custom and the spirit of Nations”, karya ini sengaja di tulis khusus untuk
istrinya Madame du Chatelet. Di publikasikan untuk pertama kalinya pada tahun
1756. Ia mengalihkan kembali pandangan Kristen tentang masa lalu, menjadi
pandangan yang sama sekali sekuler dari seuatu sejarah umum. Voltaire menulis
sejarah tidak lagi menjadikan kisah orang-orang pilihan dari suatu sudut di
muka bumi ini. Dan Injil tidak lagi menjadi otoritas historis tertinggi, dan
geografi jauh melewati apa yang diketahui oleh kaum Kristen atau kaum Yahudi.
Pengetahuan sejarah telah mengalami kemajuan sejak masa Voltaire Dia menunjukan
bahwa sejarah profane adalah sejarah manusia dan itu adalah subjek yang pantas
dalam studi sejarah.[4]
Setelah
Madame du Chatelet meninggal pada tahun 1749, Voltaire menjadi warga istana
Frederik Yang Agung daru Prusia. Pada pertengahan tahun 1750-an, ia pindah ke
Jenewa. Pemikirannya waktu itu adalah bahwa Republik Calvinistis, seperti juga
monarki di negerinya atau rezim militer di Prussia, memerlukan reformasi. Dari
rumahnya yang indah di Les Delices, Voltaire mengadakan kampanye politik
melawan penyalahgunaan hukum, politik, agama dari rezim lama, yang terjadi
dimana-mana. Pada tahun 1760-an, tempat tinggalnya yang terakhir di Ferney,
Perancis, menjadi ibukota Pencerahan Barat.[5]
Berbagai
karya Voltaire yang terbit selama 30 tahun terakhir hidupnya, berdasarkan
tujuan penulisan itu dapat digabungkan menjadi karya yang mewakili humanitas.
Ada dua karya dari periode ini yang masih cemerlang sekarang adalah Candide (1759) yang merupakan kaya
sastra social yang terbesar; dan Philosophical
Dictionary( 1764) yang berisikan kritik tajam terhadap teologi Kristen. Ia
meninggal pada tahanu 1778. Ia terkenal dengan usahanya untuk mewakili orang
Perancis yang tertindas.
[1]
Yatno Suradi
Rasyid, SEJARAH PENULISAN ,diakses
dari http://yatnosuradirasyid22.blogspot.com/2013/04/historiografi.html, pada
tanggal 02 Desember 2014 pukul 18.35 WIB.
[2] Dr. Nina H. Lubis, Historiografi Barat, (Bandung: CV Satya Historika, 2003), hlm.
71-72.
[3] Dr. Nina H. Lubis, Historiografi Barat, (Bandung: CV Satya Historika, 2003), hlm.
72-73
[4] Ibid., hlm 73-75
[5]
Dr. Nina H. Lubis, Historiografi Barat, (Bandung: CV Satya Historika, 2003), hlm. 75.
0 comments:
Post a Comment