Leopold von Ranke lahirkan pada
21 Desember 1795, di daerah Wieche, Saxon yaitu wilayah yang terletak di Jerman
Timur, dia adalah anak seorang pengacara dan keturunan keluarga teologis. Leopold von Ranke meninggal di Berlin pada tanggal 23 Mei 1886 dalam usia
91 tahun. Ranke
merupakan sejarawan Jerman yang paling berpengaruh pada abad ke 19. Leluhurnya
adalah pendeta-pendeta Lutheran dan ahli hukum. Ketika masih menyelesaikan
studi di bidang teologi dan filologi klasik di University of Leipzig, ia lalu
menulis karya pertamanya dalam bahasa Jerman yang kemudian diterjemahkan dengan
judul Histories of the Latin dan Germany
Nations 1494-1514. Dalam karya ini Ranke menerapkan metode filologi kritis
(The Encyclopedia Americana).[1]
Ranke
dikenal sebagai Bapak Ilmu Sejarah Modern atau sejarah kritis. Pemikirannya
yang paling terkenal yakni ia menyatakan bahwa sejarah yang ditulis itu
haruslah sebagaimana peristiwa itu terjadi (“wie es eigentlich gesewen ist”). Kepoloporannya tidak terlepas dari
Jean Mabillon yang telah menyumbangkan Ilmu Diplomatika. Mabillon telah membuat
formulasi kritik eksternal (yaitu untuk menentukan otentitas sebuah sumber),
sedangkan Ranke memperluasnya menjadi kritik eksternal dan kritik internal yang
berguna untuk menguji kredibiltas sebuah sumber. Inilah sumbangan terbesar dari
Leopold Von Ranke.[2]
Disamping menekankan kepentingan dokumen sebagai sumber sejarah, Ranke juga menekankan perlunya sejarawan bersikap kritis terhadap jenis-jenis
dokumen yang digunakan dalam penyelidikan. Konsep sejarahnya yang seperti itu,
telah menyebabkan berlakunya pembentukan konsep sejarah yang saintifik. Sejarah
yang saintifik sama artinya dengan sejarah itu seratus persen objektif, bahwa
kebenaran boleh dibuktikan secara saintifik dan objektif. Konstribusi lainnya dari Ranke ialah memperkenalkan Seminar dan Quelllinkritik
( kajian yang kritis terhadap sumber-sumber sejarah), sebagai kaidah dalam
penelitian sejarah. Seminar dan Quellinkritik, ini merupakan bagian dari
pada proses penelitian yang diharapkan dapat menghasilkan karya sejarah yang
mengandung peristiwa-peristiwa Wei Es
Eigentlich Gewesen (seperti sebenarnya berlaku ).
Ranke tidak
sependapat dengan pandangan romantisisme yang lebih menekankan unsur estetika
(seni) dalam penulisan sejarah karena sejarawan haruslah berpedoman kepada
pengaturan yang ketat, imajinasi sejarawan tidak sama dengan seniman. Sejarawan
harus tunuk kepada bukti-bukti nyata dan kritis. Ranke dikenal sebagai Bapak
Historisisme. Historisisme didalamnya melibatkan mulai dari filsafat hidup,
kombinasi konsep-konsep sains yang berkaitan dengan manusia dan kebudayaannya,
hingga konsep tatanan politik dan sosial. Ranke berusaha menggabungkan
rekonstruksi kebenaran masa lampau dengan elegansi sastra. Ranke menjadi model
untuk pengetahuan sejarah yang professional pada abad ke-19.[3]
Pada tahun 1824 bukunya Geschichte
der romanischen und germanischen Volker (Sejarah Bangsa-Bangsa Latin dan
Tantonik) diterbitkan. Dalam buku ini ia memberikan tiga sumbangan baru,
yakni persatuan dunia Romano-Germania, kritik yang mendalam tentang
sumber-sumber sejarah, pernyataan terkenal sejarah wie es eigentlich gewesen ist. Dalam karyanya Zur Kritik neuerer Geschichtschreiber (Kritik Terhadap Sejarawan Modern) memulai
historiografi modern yang kritis. Dua karya yang sangat penting adalah 1) Die Romische Papste, ihre Kirche und ihre
Staats im 16 und 17 Jahrhundert (1834-1836), 2) Deutsche Geschichte im Zeitalter der Reformation (1839-1847).
Sumber-sumber didapatkan di Arsip Venesia dan Roma.[4]
Menurut
H.E. Barnes merumuskan empat kelemahan atau kekuarangan Ranke berupa kegagalan
menggunakan keseluruhan sumber-sumber yang boleh didapati bagi sesuatu
kajiannya, terlalu menekankan soal-soal
politik dan tokoh-tokoh, ketaatan keagamaan yang menyebabkan ia memihak kepada teori sejarahnya yang
berbentuk ketuhanan, dan terlalu gairah untuk menuliskan sejarah mengenai Luther, keluarga
Hohenzollern dari Prussia.
[1]
Nina H. Lubis, Historiografi Barat, (Bandung: CV Satya Historika, 2003), hlm. 83.
[2] Ibid, hlm. 84.
[3]Dr. Nina H. Lubis, Historiografi Barat, (Bandung: CV Satya Historika, 2003), hlm.
84-85
[4]Marwati Djoened Poesponegoro, Tokoh dan Peristiwa dalam Sejarah,
(Jakarta: Erlangga, 1982), hlm. 215-216.
0 comments:
Post a Comment