Welcome

welcome

 

Thursday 23 April 2015

Biografi Niccolo Machiavelli (1469-1527)



Niccolo Machiavelli lahir pada tahun 3 Mei 1469 di Florence, Italia. Ia adalah seorang filsuf politik di Italia. Ayahnya seorang ahli hukum, bernama Bernando. Setelah keluarga Medici diusir dari Florence dan Savonarola jatuh dari puncak kekuasaan, Machiavelli menjadi orang kepercayaan Piero Soderini, pemimpin pemerintahan Republik Florence, sampai kejatuhan Republik atas serbuan Spanyol[1]. Ketika usia 29 tahun Machiavelli memperoleh kedudukan tinggi di pemerintahan sipil Florence[2]. Setelah itu, dia mengabdi kepada Republik Florentine, baik sebagai konselor maupun sebagai sekretaris Dewan Charge of Warfare yang disebut sebagai Ten of Liberty and Peace dan terlibat dalam berbagai misi diplomatik atas namanya, melakukan perjalanan ke Prancis, Jerman, dan di dalam negeri Italia. [3]
Karya yang paling masyhur adalah The Prince, (Sang Pangeran) ditulis 1513, dan The Discourses upon the First Ten Books of Titus Livius (Pembicaraan terhadap sepuluh buku pertama Titus Livius). Karya yang lainnya antara lain The Art of War (Seni Berperang), A History of Florence (Sejarah Florence) dan La Mandragola (suatu drama yang bagus, kadang-kadang masih dipanggungkan orang). Karya pokok yang terkenal adalah The Prince (Sang Pangeran), mungkin yang paling brilian yang pernah ditulisnya dan paling mudah dibaca dari semua tulisan filosofis. Machiavelli meninggal dunia pada 1527 pada umur 58 tahun. [4]
Terdapat tiga pandangan berbeda terhadap karya-karya Machiavelli. Pandangan pertama, menyatakan bahwa Machiavelli adalah pengajar kejahatan atau paling tidak mengajarkan immoralism dan amoralism. Pandangan ini dikemukakan oleh Leo Strauss (1957) karena melihat ajaran Machiavelli menghindar dari nilai keadilan, kasih sayang, kearifan, serta cinta, dan lebih cenderung mengajarkan kekejaman, kekerasan, ketakutan, dan penindasan. Pandangan kedua, merupakan aliran yang lebih moderat dipelopori oleh Benedetto Croce (1925) yang melihat Machiavelli sekadar seorang realis atau pragmatis yang melihat tidak digunakannya etika dalam politik. Padangan ketiga yang dipelopori oleh Ernst Cassirer (1946), yang memahami pemikiran Machiavelli sebagai sesuatu yang ilmiah dan cara berpikir seorang scientist. Dapat disebutkan sebagai “Galileo of politics” dalam membedakan antara fakta politik dan nilai moral (between the facts of political life and the values of moral judgment).

Contoh Essay Tentang Voltaire



Voltaire adalah nama samaran untuk Francois Marie Arouet yang lahir pada tahun 1694. dia lahir dari dari golongan borjuis. Keinginan ayahnya supaya dia menjadi ahli hukum ternyata hanya angan-angan belaka, karena ia  tidak tertarik dengan ahli hukum, namun ia justru tertarik pada bidang sastra. Karier panjang Voltaire dimulai dengan pendidikannya di Louis-le-Grand.
Perjalanan ke Inggris dianggap sebagai awal pembentukannya sebagai seorang filosuf. Selama di Inggris Voltaire mengembangkan pengetahuannya dengan banyak membaca karya filosuf Inggris, yang sangat mempengaruhi pemikirannya. Voltaire adalah seorang tokoh rasionalis, yang menulis sebuah essay sejarah yang telah menolak visi tradisional yang bersumberkan kitab suci, dan memperjuangkan rasio sebagai intepretasi sejarah secara teologis. Pandangan Voltaire merupakan usahanya untuk membentuk penganut faham proggres yang ditentukan oleh manusia. Dengan demikian, Voltaire termasuk sejarawan yang berpandangan maju dan sekuler, yang hanya mengakui akal manusia yang dapat menuju kamajuan proses sejarah manusia untuk mencapai masa depan yang gemilang.[1]
Hendriade” (1728) merupakan karyanya yang panjang. Dalam Henriade dapat dilihat kebencian Voltaire terhadap penyiksaan-penyiksaan yang dilakukan oleh para rohaniawan abad ke-16 serta toleransinya yang besar dalam karyanya yang berjudul Epitre a Uranie (1722). Sikap Deisme-anti Kristennya mendahului pujiannya terhadap budaya kosmopolitan, seperti tercermin dalam surat-suratnya dari Negeri Belanda pada tahun 1722. Filsafat menjadi inti puisi-puisi filosofisnya. [2]

Contoh Essay Tentang Leopold Von Ranke



Leopold von Ranke lahirkan pada 21 Desember 1795, di daerah Wieche, Saxon yaitu wilayah yang terletak di Jerman Timur, dia adalah anak seorang pengacara dan keturunan keluarga teologis. Leopold von Ranke meninggal di Berlin pada tanggal 23 Mei 1886 dalam usia 91 tahun. Ranke merupakan sejarawan Jerman yang paling berpengaruh pada abad ke 19. Leluhurnya adalah pendeta-pendeta Lutheran dan ahli hukum. Ketika masih menyelesaikan studi di bidang teologi dan filologi klasik di University of Leipzig, ia lalu menulis karya pertamanya dalam bahasa Jerman yang kemudian diterjemahkan dengan judul Histories of the Latin dan Germany Nations 1494-1514. Dalam karya ini Ranke menerapkan metode filologi kritis (The Encyclopedia Americana).[1]
Ranke dikenal sebagai Bapak Ilmu Sejarah Modern atau sejarah kritis. Pemikirannya yang paling terkenal yakni ia menyatakan bahwa sejarah yang ditulis itu haruslah sebagaimana peristiwa itu terjadi (“wie es eigentlich gesewen ist”). Kepoloporannya tidak terlepas dari Jean Mabillon yang telah menyumbangkan Ilmu Diplomatika. Mabillon telah membuat formulasi kritik eksternal (yaitu untuk menentukan otentitas sebuah sumber), sedangkan Ranke memperluasnya menjadi kritik eksternal dan kritik internal yang berguna untuk menguji kredibiltas sebuah sumber. Inilah sumbangan terbesar dari Leopold Von Ranke.[2]

Sejarah Peradaban Romawi Kuno



Peradaban ini diawali dengan lahirnya Kota Roma. Untuk mengabadikan kisah Romulus dan Remus maka dibuat patung perunggu berbentuk seekor serigala sedang menyusui bayi kembar. Orang Italia yang terdiri banyak suku mempunyai bahasa dan kebudayaan sendiri. Masyarakat hidup di sektor perdagangan, pertanian serta pelayaran. Perdagangan sampai meluas sampai negeri Cina melalui “silk Road” (jalan sutra). Romawi mempunyai kemampuan tinngi dalam pengolahan logam, penggunaan batu untuk bangunan, teknik lengkung (arch), serta teknik pengeringan rawa yang diproses dari suku Atruska. Romawi mewarisi kebajikan dari leluhur seperti kekuatan, ketekunan, keuletan, kesetiaan, serta kedisiplinan.
            Pada awalnya Romawi berupa kerajaan (monarki) dengan raja pertamanya Romulus. Rakyat tidak suka diperintah oleh bangsa asing (bangsa Etruska) sehingga terjadi pemberontakan yang mengggulingkan raja Romulus. Pemberontakan ini mengakhiri sistem monarki dan menjadi awal mula sistem demokrasi di Yunani. Masa republik Romawi pembagian penduduk didasarkan 2 golongan, yaitu Patricia (kelas bangsawan/aristikrat) dan Plebea. Golongan Patricia memegang kedudukan dalam lembaga politik yaitu Konsul, Senat, dan Majelis atau Assembly.
            Susunan masyarakat setelah bersatunya golongan bangsawan dan masyarakat biasa yaitu optimat (golongan bangsawan dan rakyat biasa yang kaya), Equites (para pedagang dan pengusaha-populus), rakyat biasa yang memiliki suara di Dewan Rakyat, budak dan Ploletar.

Sejarah Peradaban Yunani Kuno



Yunani terdiri dari Yunani Daratan dan Yunani Lautan. Yunani Daratan terdiri atas beberapa pegunungan, daerahnya terpecah-pecah, pantainya berteluk-teluk, dan airnya tenang. Yunani Kepulauan berada di Laut Aegea yang terdiri atas pulau-pulau. Di antaranya peradapan Pulau Kreta terletak di selatan Yunani dengan pusat pemerintahan di Knossus. Letak Pulau Kreta sangat stategis, yaitu di tengah jalur pelayaran antara Mesir, Yunani dan Mesopotamia. Pulau Kreta menjadi jembatan budaya antara Asia, Afrika, dan Eropa.  Kebudayaannya disebut Kebudayaan Minos. Hasil kebudayaannya berupa arsitektur, senia patung, dan kerajinan. Arsitektur ini terdapat di istana besar di Knossus. Di Knossus ditemukan istana berbentuk labirin (rumah siput) , juga seni lukis fresko, seni porselin/gerabah, senia pahat pada gading dan kerajinan logam. Masyarakat Kreta mengenal tulisan Minos serta kebudayaan minoa. Kejayaan kebudayaan Kreta mencapai puncak pada masa Raja Minos. Awal abad ke-15 kerajaan di Pulau Kreta mengalami keruntuhan akibat bencana alam.
            Yunani berupa tanah kering dengan banyak benteng alam yang kuat berupa jurang-jurnag yang terjal, gunung yang tinggi, serta pantai yang curam dan terjal. Hujan sangat jarang turun di Yunani. Masyarakat Yunani bersikap optimis dan berwatak riang, serta semangatnya tinggi dan kreasinya menonjol dalam bidang seni maupun ilmu pengetahuan dan filsafat.
            Polis adalah sebuah kota yang terbentangsebagai pusat kota dengan daerah pedesaan di sekitarnya. Di Yunani ada tiga polis besar yaitu Athena, Sparta, dan Thebe. Untuk menghindari pemberontakan, penguasa pemerintahan Sparta selalu siaga dan meningkatkan ketangguhan militer masa pemerintahan Lycurgus 625 SM. Athena memberikan jaminan kepada warganya dan menghapuskan perbudakan. Di Yunani sering terjadi perang antara sesama polis-polis tersebut. Serangan Persia berlangsung tiga kali antara 500-480 SM disebut Perang Persia. Pada 448 SM diadakan perdamaian antara Yunani dan Persia. Yunani ditaklukkan oleh Kerajaan Makedonia dibawah pimpinan Philipus pada 338 SM. Yunani tidak memiliki sistem pemerintahan sentralisasi tetapi desentralisasi karena tiap polis mengembangkan sistem pemerintahan sendiri.

Perkembanga Mahzab Annales di Perancis



Revolusi Perancis adalah masa dalam sejarah Perancis yang berlangsung antara 1789-1815. Dalam Revolusi Perancis kelompok demokrat dan pendukung republikanisme berusaha menjatuhkan monarki absolut di Perancis dan memaksa Gereja Katolik Roma menjalani restrukturisasi yang radikal. Revolusi Perancis merupakan sebuah transformasi besar dalam sistem politik dan masyarakat Perancis. Perancis berubah dari negara monarki absolut menjadi sebuah negara republik merdeka. [1]
Revolusi Perancis merupakan cerminan ketidakpuasan sebagian besar masyarakat Perancis terhadap pemerintahan yang absolut (kekuasaan yang tidak terbatas). Faktor-faktor penyebab Revolusi Perancis terbagi dua, yakni ; Internal dan eksternal. Faktor internal, berkaitan dengan keuangan negara. Sejak wafatnya Louis XIV negara mengalami krisis keuangan karena dihambur-hamburkan oleh raja dan para bangsawan untuk kepentingan pribadi. Negara banyak berhutang kepada luar negeri mengakibatkan negara mengalami kebangkrutan. Akibatnya bangsawan harus membayar pajak. Teteapi itu dibebankan kepada rakyat. Sementara, faktor eksternal-nya ialah peran masa Aufklarung dan Romantisisme yang meresapi kaum-kaum bangsawan dan borjuis yang berpikiran li beral. [2] Puncak absolutisme Perancis adalah pada saat pemerintahan Raja Louis XIV (1643-1715), dengan semboyan l’etat cest moi (negara adalah saya).
Saat itu, golongan bangsawan dan golongan rohaniwan dibebaskan dari pajak kerajaan, sehingga sebagian besar pajak menjadi beban golongan menengah tingkat bawah dan petani. Sedangkan, kaum tani dan kelas menengah diwajibkan membayar segala rupa pajak bagi kaum bangsawan dan rohaniwan, sesuai dengan tradisi-tradisi feodal kuno. Sehingga yang menjadi sorotan utama masa itu hanya kalangan raja dan bangsawan, sedangkan masyarakat kecil kurang diperhatikan. Setelah adanya Revolusi Perancis, peran rakyat dalam negara lebih diperhatikan. Dengan prinsip liberalisme sehingga kepemerataan mulai timbul.
Revolusi Perancis menimbulkan dampak yang besar bagi kehidupan masyarakatnya. Dari segi  politik, tumbuh dan berkembangnya paham liberalisme serta muncul ide tentang aksi revolusioner untuk mengubah suatu tatanan negara secara cepat. Segi ekonomi menimbulkan, tumbuh industri yang besar, dan petani menjadi pemilik tanah serta dihapuskannya sistem pajak feodal. Selain itu dalam bidang sosial, muncul kebersamaan harkat dan martabat seluruh  masyarakat Perancis, dan adanya persamaan hak asasi manusia. Serta pendidikan dan pengajaran yang merata di seluruh lapisan masyarakat, sehingga kecerdasan semakin meningkat.[3] Dengan timbulnya pemikiran rakyat yang semakin berkembang itu, maka muncul suatu pemikiran dalam sebuah aliran Annales.
Mahzab Annales didirikan oleh Lucien Febvre dan Marc Bloch. Lucien Febvre dan Marc Bloch menerbitkan majalah Annales (1929), yang kemudian dipakai sebagai nama “mazhab”. Dengan majalah Annales, mereka ingin membongkar dinding-dinding yang membatasi sejarah dari kajian sosial dan ekonomi, bukan dari teori yang serba meninggi, tetapi dengan “fakta dan contoh”. Seorang sejarawan terkemuka dari Prancis, Denys Lombard pada tingkat yang paling ideal pendekatan ia ingin menjadikan ilmu sejarah, seperti kata Brudel dengan bangga, “sebuah pasar bersama dari ilmu-ilmu kemanusian”. Hal ini yang memberikan tekad untuk mendirikan majalah Annales. [4]
Di Perancis aliran penulisan sejarah Annales menjadi modal bagi generasi baru penulis sejarah sosial yang semakin kuat kedudukannya dalam dunia penulisan sejarah. Majalah Annales dipelopori oleh Lucien Febvre dan Marc Bloch. Sejak pada tahun 1958, terbit majalah Comparative Study on Society and History sehingga melengkapi pengaruh aliran Annales terutama di Amerika. [5]
Dalam perkembangan selanjutnya, ada pendekatan multidimensional dan interdisipliner. Bila seorang peneliti memakai banyak ilmu untuk menganalisis suatu masalah itulah disebut pendekatan multidimensional. Bila beberapa ilmuwan menggunakan ilmunya sendiri untuk meneliti masalah yang sama itu disebut pendekatan interdisipliner. [6]
Menjelang PD II sejarawan Perancis yang tergabung dalam aliran Annales, meragukan keterkaitan antara sejarah dan politik semacam itu. Mereka ingin memperluasnya dengan sejarah sosial, sejarah struktural, atau sejarah total. Terdapat dua tradisi penulisan sejarah yang berbeda yaitu tradisi Amerika dan Tradisi Perancis. Amerika tidak punya masa lalu yang jauh (tidak ada zaman Klasik, Abad Tengah, Renaissance), sedangkan Perancis punya periode sejarah yang panjang itu. Pada tradisi Amerika, studi kuantitatif dalam sejarah sebenarnya sedah mulai pada pertengahan 1890-an dengan penerbitan Henry Cabot Lodge yang menerapkan analisis statistik terhadap 14.243 nama yang termuat dalam Appleton’s Cyclopedia of American Biography dan menulis pada suatu majalah di 1891. Studi kuantitatif baru mendapat pengakuan secara profesional pada 1900, yaitu ketika Frederick Jackson Turner dalam studinya yang luas menggunakan peta-peta statistik dalam American Nation. Dalam 1920-an kuantifikasi meluas ke bidang politik, ekonomi, penelitian tentang jurnalisme, bidang-bidang baru dalam sosiologi dan pertanian. Kemudian (setelah Turner meninggal 1932) metode kuantitatif ditinggalkan oleh sejarawan.
Sedangkan pada tradisi Perancis, Fernand Braudel (1902-1985), yang memimpin Annales sesudah Lucien Febvre meninggal pada 1956, tidak menulis sejarah kuantitatif as such, tetapi ia memberi inspirasi untuk sejarah kuantitatif. Konsep tentang waktu dalam sejarah, yang dimuat  untuk pengantar bukunya Le Mediterranee le monde mediterraneen a l’epoque de Pilippe II (1949), membagi waktu sejarah ke dalam tiga macam, yaitu waktu geografis, waktu sosial dan waktu individual. Konsep tentang waktu itu disebut sebagai (1) sejarah jangka panjang (longue duree, l’histoire stucturale, sejarah struktural), (2) sejarah conjuncture, l’historie conjontural, sejarah siklus dan intersiklus, dan (3)  sejarah peristiwa-peristiwa.[7]
Sejarah konvensional pada umumnya menggarap sejarah golongan atasan, pembuat undang-undang dan yang memerintah, bukan yang diperintah, pemimpin-pemimpin besar dan bukan yang dipimpin. Hasil penelitian dalam bidang sejarah pedesaan di berbagai negeri Eropa Barat mengungkapkan gambaran serta pengertian baru tentang kondisi kehidupan pedesaan di masa lampau, antara lain tentang hubungan antara tuan tanah dan petani penggarap, kedudukan bangsawan di pedesaan (rural aristocracy), pungutan-pungutan, soal-soal demografis seperti tingginya mortalitas, naik turunnya harga-harga, dll. Metode serta pendekatan baru dalam sejarah seperti itu dikembangkan sebagai aliran Annales dibawah pimpinan Marc Bloch. Kritiknya terhadap pendekatan elitis banyak menaruh perhatian terhadap golongan-golongan sosial sehingga menimbulkan kerja sama interdisipliner dengan ahli-ahli ekonomi, antropologi, sosiologi, demografi, dll. [8]
Dalam tradisi historiogarfi Amerika muncul The New History pada 1912 dengan tokoh utama James Harvey Robinson. Ia menganjurkan pemakaian ilmu sosial dalam penulisan sejarah. Sebelumnya, historiografi Amerika didominasi oleh scientific history yang mengunggulkan sejarah faktual (tradisi Leopold von Ranke) yang masuk ke Amerika dari Jerman pada perempat ketiga abad ke-19.
Sementara itu, dalam historiografi Perancis pada tahun 1920-an ada minat terhadap “new kind of history” dengan berdirinya Annales d’historie econimique et sociale (1929) yang dirintis oleh Marc Bloch dan Lucien Febvre. Sejarah hendaknya bukan lagi semata-mata narasi mengenai kejadian-kejadian, tetapi analisis mengenai struktur. [9] Struktur dipakai sejarawan dari Mahzab Annales di Prancis untuk menjelaskan perubahan sosial dan sejarah. Adapun Mahzab Annales dipengaruhi oleh konsep struktur dari strukturalisme, tidak dari Marxisme. Dengan sengaja mereka membuat jarak dengan Marxisme. [10]
Menurut Christopher Lloyd dalam Explanation in Social History, penjelasan sejarah dengan konsep struktur mempunyai tiga aliran. Pertama, aliran budaya. Aliran ini melihat pada struktur budaya dengan meneliti produk-produk mental manusia dalam semua bentuknya. Penelitian antropologi, sejarah pemikiran, sejarah mentalis, psikologi, analisis sastrasering termasuk dalam aliran ini. Kedua, aliran geografi, ekonomi, dan sosial. Aliran ini melihat pada proses dan kontinuitas yang ada di bawah permukaan gejala-gejala sejarah. Ketiga, aliran yang memfokuskan diri pada epistemologi dan metodologi dalam hubungan antara strukturalisme dan cara penjelasan lainnya. Sebagai sejarawan, aliran pertama dan kedualah yang menjadi perhatian kita.
            Gagasan struktur muncul menurut Lucien Febvre tidak boleh memaksakan secara a prior teori ke dalam penelitian tentang masyarakat dan sejarah, sementara sejarawan harus mencari dan menemukan fakta, tetapi tidak bersemboyan “fakta untuk fakta”. Sejarawan harus memahami, mengerti, dan menjelaskan fakta-fakta. Supaya sejarah tidak terjebak ke dalam teori di satu pihak dan narasi semata-mata di lain pihak, lahirlah konsep struktur. Struktur berguna untuk mengorganisasikan fakta-fakta. Menurut Marc Bloch, “sejarah adalah salah satu cara mengorganisasikan masa lalu, supaya masa lalu tidak menjadi beban”. Struktur membuat sejarah masa lalu secara analogis adalah juga sejarah masa kini.[11]
Bagi Mazhab Annales yang dipengaruhi strukturalisme, struktur itu jangka panjang, berkelanjutan, dan berskala luas. Struktur itu bersifat geografis, ekonomis, sosial, dan budaya yang terletak dibawah gejala permukaan – seperti institusi politik, perang, dan perilaku perorangan. Fernand Braudel dari Mahzab Annales adalah eksponen utama penganjur struktur setelah Febvre dan Bloch –para pendiri Mahzab Annales- surut. Menurut Braudel waktu dalam sejarah dapat dibagi menjadi tiga tingkat kecepatan, yaitu longue duree (jangka panjang, struktur), konjunktor (conjuncture, conjuncture siklus), dan peristiwa (I’histoire evenementielle). Dalam Civilization and Capitalism, Braudel menjelaskan perihal struktur. [12]
Keistimewaan dari Perancis sendiri yakni dengan banyak diakuinya penulis-penulis sejarah sosial Perancis yang banyak mempengaruhi penulisan sejarah bila dibandingkan dengan Inggris. Di Perancis aliran penulisan sejarah Annales menjadi modal bagi generasi baru penulis sejarah sosial yang semakin kuat kedudukannya dalam dunia penulisan sejarah. Penulisan Mahzab Annales sendiri memberi inspirasi untuk sejarah kuantitatif yakni dari segi sosial dan politik. Perancis punya periode sejarah yang panjang itu sedangkan Amerika tidak punya masa lalu yang jauh (tidak ada zaman Klasik, Abad Tengah, Renaissance).
Mazhab Annales sampai kini merupakan mazhab yang terbesar pengaruhnya di Perancis. Pengaruhnya itu bahkan sampai ke lingkungan-lingkungan sejarawan di luar Perancis. Perintis Mazhab Annales antara lain:
a.      Lucien Febvre
Febvre tidak puas akan penjelasan simplistik, “monokausal” sejarah politik atas peristiwa sejarah. Febvre lebih menghendaki sejarah yang mendalam dan integrale atau global yakni sejarah yang mencakup keseluruhan kehidupan mannusia, yang biasa disebut sejarah total. Ciri-ciri karyanya yakni mentalitas, jaringan kepercayaan yang kompleks dan semangat zaman. Ia memperjuangkan agar sumber sejarah tidak dibatasi pada dokumen arsip saja. Ia mengatakan tidak cukup jika sejarah ditulis hanya atas dasar sumber tertulis.  Ia juga menghendaki agar sejarah membuka diri terhadap ilmu-ilmu lain, mengunakan sebagai ilmu bantuan dalam peneluitian dan penulisan sejarah.
b.     Marc Bloch
Bloch memusatkan perhatian kepada suatu daerah pedesaan lama walaupun sejarah daerah itu sudah tertulis dengan runut. Dapat dilihat dari 3 karyanya yang menonjol yakni sebuah monografi sejarah pedasaan, raja dan petani kecil, dan raja-raja penyembuh, kajian tentang sifat supranatural yang diangap melekat pada kekuasaan raja khususnya di Prancis dan Inggris (1924). Bloch menerapkan metode untuk mencari apa dari ranah imajiner itu yang dapat mengggerakan kelompo-kelompok sosial. Ciri khas dalam karya bloch diantaranya kajian atas fenomena dalam jangka waktu sangat panjang. Diteliti secara komparatif berbagai daerah dalam sebuah kawasan budaya, dipahami teks-teks naratif secara baru dan dimanfaatkannya sumber tidak tertulis untuk mengungkap  jejak suatu ritual dan citra mental. Bloch merusaha mengidentifikasi mentalitas religius melalui banyak kepercayaan dan praktek.  Kajian sejarah dengan bantuan etnologi adalah salah satu aspek pembaharuan metode yang dianjurkan Bloch.
c.      Fernand Braudel
Braudel melanjutkan karya Febvre sebagai “pembangunan  imperium”, serta mengembangkan konsep histoire totale, sejarah total yang sering disebutnya juga histoire globale. Salah satu karyanya yaitu Mediterrane. Mediterrane adalah sejarah total suatu kawasan yang meliputi seluruh mediterania.
  
Daftar Pustaka

Wahjudi Djaja,2012. Sejarah Eropa: Dari Eropa Kuno Hingga Eropa Modern, Yogyakarta: Penerbit Ombak
Henri Cambert-Loir dan Hasan Muarif Ambary.1999. Panggung Sejarah:       Persembahan Kepada Prof. Dr. Dennys Lombard. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia
Kuntowijoyo.2008. Penjelasan Sejarah (Historical Explanation), Yogyakarta: Tiara Wacana
Dr. Sartono Kartodirdjo.1993. Pendekatan Ilmu Sosial dalam Metodelogi Sejarah, Jakarta: PT Gramedia
Pter Burke.1992. History& Social Theory . Cambridge: Polity Press

Sumber Internet:
Tyo Prakoso, Revolusi PerancisDalam angle ‘Total History’,  diakses dari http://gerakanaksara.blogspot.com/2013/03/revolusi-perancis-dalam-angle-total.html pada tanggal 10 Desember 2014 pukul 15.42 WIB.


[1] Wahjudi Djaja, Sejarah Eropa: Dari Eropa Kuno Hingga Eropa Modern, (Yogyakarta: Penerbit Ombak, 2012), hlm. 110.
[2] Tyo Prakoso, Revolusi PerancisDalam angle ‘Total History’,  diakses dari http://gerakanaksara.blogspot.com/2013/03/revolusi-perancis-dalam-angle-total.html pada tanggal 10 Desember 2014 pukul 15.42 WIB.
[3] Wahjudi Djaja, Op.Cit., hlm. 127-131.
[4] Henri Cambert-Loir dan Hasan Muarif Ambary, Panggung Sejarah: Persembahan Kepada Prof. Dr. Dennys Lombard. (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 1999), hlm. 56
[5] Kuntowijoyo, Metodelogi Sejarah; Edisi Kedua, (Yogyakarta: Tiara Wacana, 2003), hlm. 173.
[6] Ibid., hlm. 174.
[7] Ibid., hlm. 220-221
[8] Dr. Sartono Kartodirdjo, Pendekatan Ilmu Sosial dalam Metodelogi Sejarah, (Jakarta: PT Gramedia, 1993),  hlm. 190-191.
[9] Peter Burke, History& Social Theory (Cambridge: Polity Press, 1992), hlm. 15-16.
[10] Kuntowijoyo, Penjelasan Sejarah (Historical Explanation), (Yogyakarta: Tiara Wacana, 2008 ), hlm. 60.
[11] Ibid., hlm. 61.
[12] Ibid., hlm. 61-62.

Contoh Makalah Tentang Dampak Gerakan Mahasiswa Solo dalam Menurunkan Soeharto Tahun 1998



A.   Pendahuluan
a.     Latar Belakang
Kepemimpinan Soeharto adalah masa yang paling lama menjabat menjadi presiden. Di Indonesia Soeharto menjabat menjadi presiden selama 32 tahun. dari masa ke masa Soeharto dipercaya oleh masyarakat. Orde baru adalah masa setelah berhentinya masa orde lama yang dipimpin oleh Soekarno. Orde baru merupakan masa saat Soeharto menjabat sebagai presiden Indonesia. Pada pertengahan tahun 1997, terjadi banyak krisis ekonomi di Asia, termasuk juga di Indonesia. Krisis ini disebabkan oleh keterikatan sistem ekononi Indonesia atau global dimana IMF, Bank Dunia, dan lembaga keuangan lain yang menjadi salah satu sumber keuangan Indonesia dalam pembiayaan pembangunan nasional. Krisis ekonomi ditandai dengan jatuhnya nilai mata uang rupiah bersamaan dengan melambungnya nilai mata uang dollar serta diikuti dengan melambungnya harga-harga kebutuhan sembako, harga minyak, gas dan komoditas ekspor lainnya yang semakin jatuh. Juga pada pemerintahan Soeharto, dimana terjadi inflasi mencapai 700% sehingga mata uang Indonesia melonjak dan harga dollar sangat tinggi,
Melihat perekonomian Indonesia yang sangat melemah itu, timbul gerakan mahasiswa untuk menurunkan Soeharto sebagai Presiden Indonesia. Soeharto sudah terlalu lama menjabat sebagai presiden RI, yakni selama 32 tahun. Gerakan Mahasiswa Indonesia 1998 adalah puncak gerakan mahasiswa yang ditandai dengan tumbangnya orde baru dan lengsernya Presiden Soeharto dari kursi kepresidenan, tepatnya pada tanggal 21 mei 1998. Gerakan diawali dengan terjadinya krisis moneter di pertengahan tahun 1997. Harga-harga kebutuhan melambung tinggi, daya beli masyarakat pun berkurang. Tuntutan mundurnya Soeharto menjadi agenda nasional gerakan mahasiswa. Gerakan mahasiswa dengan agenda reformasi mendapat simpati dan dukungan dari rakyat.

b.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimana kepemimpinan Soeharto saat menjadi Presiden Indonesia saat itu?
2.      Apa saja penyimpangan Orde Baru?
3.      Bagaimana kronologi dari aksi mahasiswa Solo dalam melengserkan Soeharto?
4.      Dampak apa yang ditimbulkan saat itu?
5.      Bagaimana terjadinya pelengseran Soeharto?

c.      Tujuan
1.      Menjelaskan tentang pemerintahan Soeharto dan penyimpangannya.
2.      Menjelaskan aksi mahasiswa Solo dalam melengserkan Soeharto.
3.      Menunjukkan dampak yang ditimbulkan setelah terjadinya aksi mahasiswa.
4.      Menjelaskan tentang pelengseran Soeharto.
5.      Menjelaskan tentang peranan mahasiswa setelah masa orde baru dan pasca Orde Baru.

 B.   Pembahasan
·         Kepemimpinan Soeharto
Soeharto menggagas konsep Trilogi Pembangunan, yakni  pertumbuhan ekonomi, pemerataan ekonomi dan stabilitas politik untuk mensukseskan agenda pembangunan nasional ala Orde Baru. Soeharto lalu disebut sebagai Bapak Pembangunan. Langkah pertama membangun ekonomi adalah mengupayakan pertumbuhan ekonomi sebab hal itu merupakan parameter/indikator penting untuk mengukur keberhasilan pembangunan ekonomi nasional. Pertumbuhan secara otomatis akan menghasilkan pemerataan dalam pembangunan. Konsep Trickle Down Effect percaya, hasil-hasil pertumbuhan secara alami akan didistribuskan secara merata ke seluruh masyarakat melalui mekanisme tetesan/rembesan ke bawah. Tampak, penguasa Orba memadukan pendekatan keamanan (security approach) dan pendekatan kesejahteraan (prosperity approach) untuk memastikan agenda pembangunan nasional berjalan sukses.
Tetapi itu tidak membuat kesejahteraan dan keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia, yang terjadi justru sebaliknya. Pembangunan Orde baru hanya menciptakan kesenjangan ekonomi (economic gap) antarwarga. Jumlah orang miskin terus menanjak naik, sementara jumlah orang kaya hanya segelintir. Distribusi kekayaan nasional hanya dikuasai dan berputar di sekitar pusaran kekuasaan penguasa Orba dan kroni-kroninya. Kaum kaya bisa dipastikan adalah mereka yang memegang kekuasaan atau para pengusaha yang dekat dengan penguasa. Orang kaya jaman Orba adalah mereka yang memiliki kedekatan dan punya akses ke penguasa Orba. Kekayaan pengusaha Orba diperoleh karena adanya katabelece atau privelese (keistimewaan khusus) dari penguasa Orba. Sebagai imbalannya, penguasa menerima upeti dari pengusaha. Ororitas bisnis mengalir dari penguasa ke pengusaha, uang pengusaha mengalir ke atas masuk rekening pejabat negara. Bersamaan dengan itu, praktek korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN) merajalela akibat penyalahgunaan kekuasaan (abuse of power).
Perlahan-lahan Soeharto berubah menjadi penguasa totaliter. Posisi Presiden menjadi sakral dan dikultuskan, hingga pantang dikritik. Implikasinya, bukannya berhasil membangun demokrasi dan mewujudkan kesejahteraan-keadilan, Orba justru memperlebar kesenjangan ekonomi, memiskinkan rakyat dan memasung demokrasi.  Kediktatoran militeristik ala Orba telah menghilangkan peranan dan partisipasi rakyat dalam pembangunan. Padahal demokrasi adalah prasyarat bagi lahirnya partisipasi rakyat dalam pembangunan. Melalui mekanisme kontrol dan partisipasi publik, rakyat bisa mengawasi-mengawal proses pembangunan agar berjalan on the right track.

·         Penyimpangan Orde Baru
Bentuk-bentuk penyimpangan UUD 1945 pada masa Orde Baru meliputi, antara lain:
1.      Terjadi pemusatan di tangan Presiden, sehingga pemerintahan dijalankan secara otoriter.
2.      Berbagai lembaga kenegaraan tidak berfungsi sebagaimana mestinya, hanya melayani keinginan pemerintah (Presiden).
3.      Pemilu dilaksanakan secara tidak demokratis, pemilu hanya menjadi sarana untuk mengukuhkan kekuasaan Presiden, sehingga Presiden terus menerus dipilih kembali.
4.      Terjadi monopoli penafsiran Pancasila, ditafsirkan sesuai keinginan pemerintah untuk membenarkan tindakan-tindakannya.
5.      Pembatasan hak-hak politik rakyat, seperti hak berserikat, berkumpul, dan berpendapat.
6.      Pemerintahan campur tangan terhadap kekuasaan kehakiman, sehingga kekuasaan kehakiman tidak merdeka.
7.      Pembentukan lembaga-lembaga yang tidak terdapat dalam konstitusi, yaitu kopkamtib yang kemudian menjadi Bakorstanas.
8.      Terjadi Korupsi Kolusi Napolisme (KKN) yang luar biasa parahnya sehingga bisa merusak segala aspek kehidupan, dan berakibat pada terjadinya krisis multimensi.

·         Aksi mahasiswa Solo
Aksi mahasiswa Solo untuk menuntut reformasi dimulai pertama kali tanggal Kamis, 5 Maret 1998. Ratusan mahasiswa yang menamakan diri Solidaritas Mahasiswa Peduli Rakyat (SMPR) UNS berunjuk rasa di Buvelar Kampus UNS. Dalam artikel berjudul Gerak Reformasi Mahasiswa Solo dalam koran Solo Pos Maret 1998, dapat dilihat mahasiswa UNS dan UMS melakukan demo untuk pertama kali yang diikuti ribuan massa dan didukung segenap sivitas akademika. Di UNS, 5000 mahasiswa mengikuti aksi mimbar besar yang bebas yang digelar di Keluarga Mahasiswa UNS didepan Gedung Rektorat Kampus Kentingan. Rektor Prof. Drs. Haris Mudjiman MA, serta sejumlah dosen dan alumi UNS turut mendukung aksi. Sedangkan di UMS , sekitar 5000 mahasiswa unjuk rasa di depan kampus Pabelan. Rektor UMS Prof. Drs. H Dochak Latief juga turun memimpin demo. Semenjak itu demo di Solo mulai marak.
Situasi politik nasional belum bisa membuat menambah bara aksi-aksi mahasiswa di Solo. Bahkan, demonstrasi tidak hanya diikuti mahasiswa atau sivitas akademika lainnya. Pelajar dan masyarakat umum pun mulai terlihat bergabung. Tuntutan mereka tidak lagi sekedar untuk turunkan harga atau refolusi ekonomi, tetapi sudah mengarah pada penolakan HM Soeharto sebagai Presiden RI periode 1998-2003.
Aksi KM UNS atau SMPTA (Solidaritas Mahasiswa Pecinta Tanah Air) bertajuk Aksi Keprihatinan Nasional’98, 17 Maret 1998, tercatat sebagai bentrokan pertama yang menyebabkan banyak korban. Dalam aksi tersebut, puluhan mahasiswa luka-luka dan sekurang-kurangnya 23 orang diantaranya terpaksa dilarikan ke RSUD Dr Moewardi. Kasus itu mengundang kedatangan Komnas HAM ke Solo. Lama-kelamaan demo tidak hanya milik UNS dan UMS saja, tetapi nyaris dilakukan semua perguruan tinggi dan pendidikan tinggi yang ada di Kota Bengawan. Bulan Mei 1998, sering terjadi bentrokan panas antara mahasiswa dengan aparat.
Tanggal 8 Mei 1998, terjadi bentrokan di kampus UNS. Aksi keprihatinan yang digelar Solidaritas Mahasiswa Peduli Rakyat (SMPR), sekitar 10000 demonstran melempari aparat dengan batu dan bom molotov. Sementara aparat membalas dengan pentungan dan tembakan peluru karet serta lontaran gas air mata. Akibatnya 400 demonstran cedera dan 31 aparat cedera.
Hari Kamis 14 mei 1998, ribuan mahasiswa UMS menggelar demo keprihatinan atas tewasnya Mozes dan Gatutkaca dan Tragedi Trisakti. Sekitar pukul 09.30 WIB, ribuan mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi di Solo mulai berkumpul di Kampus Pabelan. Mereka bergerak maju ke depan kampus dan berjalan menuju Jalan Raya Solo-Kartasura. Aparat kepolisisan dari polres Sukoharjo membendung mahasiswa yang bergerak maju ke Jalan Raya Solo- Kartasura tetapi mahasiswa gagal maju karena aparat membangun barikade kayu dengan kawat berduri. Suasana berganti ricuh setelah ada pelembaran batu dan penembakan gas air mata. Dua mahasiswa melakukan negoisasi tetapi belum sempat mendapat kesepakatan, bentrokan belum dapat dihentikan. Mereka menjadi serbuan aparat menimbulkan mahasiswa lain marah. Puncak kemarahan massa terjadi saat apart menginjak-injak seorang demonstran yang tergeletak tak berdaya di tengah Jl Raya Solo-Kartasura.
Kemudian mahasiswa bergerak ke arah timur menuju kota Solo, sambil meneriakkan kejengkelan atas tindakan aparat terhadap mahasiswa. Inilah awal dari kerusuhan “Mei Kelabu” yang menghanguskan sekaligus menghancurkan Kota Bengawan yang sedang bersiap-siap menjadi Kota Internasional. Dari Kleco, massa berjalan ke timur. Sesampai di depan showroom dan dealer resmi mobil Timor, terdengar suara “hancurkan”. Seketika puluhan massa melempari batu hingga seluruh kaca showroom berantakan. Masa bergerak ke showroom Bimantara. Kaca beserta mobil didalamnya dilempari. Kemudian menuju ke KA Purwosari, seluruh pot tanaman, lampu dan tiang bendera yang berada dijalan dirobohkan hingga merintangi jalan. Begitu pun di Bank BHS Purwosari, Bank Ratu, Bank Duta serta Bank Internasional Indonesia (BII). Jumlah masa semakin membesar jadi ribuan orang, setelah masyarakat ikut bergabung. Pelemparan batu mulai meningkat setelah perempatan Gendengan juga deretan rumah dan pertokoan di Jl. Slamet Riyadi.
Pembakaran mulai dilakukan setelah masa bergerak di Kantor BCA, Gladak. Sebuah mobil yang diparkir dipinggir jalan dibakar massa. Kemudian mobil di Bank Danamon, dan di Bank Indonesia. Balaikota dan PT Telkom tidak menjadi sasaran menyusul kedatangan sepasukan Kostrad. Kemudian masa terpecah. Sebagian menuju kompleks pertokoan Matahari Benteng. Disana mereka melempari kaca, menjarah dan membakar ATM Bank PSP. Sementara masa di depan Balaikota sekitar puluhan ribu orang masuk ka Jl Urip Sumoharjo. Massa menyasar Bank Bumi Artha, Bank Buana, bekas Bank Bali serta dua mobil di depan Losmen Trio ikut dibakar massa. Selain itu masa dari Nusukan, gading, Tipes, Jebres, serta hampir semua kota terjadi aksi serupa.
Kerusuhan semakin meluas. Massa hampir seluruh kota turun ke  jalan melakukan pelemparan dan pembakaran bangunan maupun mobil dan motor serta terjadi penjarahan. Di kawasan Panggung Jebres, sebuah showroom Timor dihancurkan dan mobil-mobil dibakar. Hotel Asia dan gudang disebelahnya  juga ikut dibakar massa. Asap mengepul dimana-mana. Jalan Slamet Riyadi yang semula hanya terjadi pelemparan, telah berganti pembakaran. Diantaranya Wisma Lippo Bank dan Toko Sami Luwes. Supermarket Matahari Super Ekonomi (SE), serta Cabang Pembantu (Capem) Bank BCA di Purwosari turut dibakar. Sedangkan warga Solo bagian utara, ribuan massa membakar Terminal Bus Tirtonadi. Sementara di bagian Barat Solo, massa juga merusak Kantor Samsat, Jajar. Serta puluhan rumah disepanjang Jl. Adisucipto, gudang cola-cola ikut dijarah massa. Di Solo bagian selatan, di wilayah pertokoan Coyudan, Bank Putera juga dibakar massa.
Akibat kerusuhan tersebut, banyak warga kesulitan untuk mendapat angkutan seperti angkot dalam kota, bus-bus kota. Solo malamnya pun juga terlihat gelap karena terjadi pemadaman disebagian besar kota. Kota itu terlihat seperti kota mati yang tidak terlihat aktifitas kehidupan seperti biasanya.
Aksi masih berlanjut pada Jumat Mei 1998, massa membakar kawasan Gladag, Toserba Ratu Luwes, Luwes Gading, Pabrik Plastik, dll. Sementara SMPR UNS melakukan long march dari UNS menuju Balaikota. Kerusuhan juga merambat ke kota sekitarnya seperti Sukoharjo, Karanganyar, Boyolali, Delanggu dan Sragen.
·         Keterangan Warga Solo Saat Terjadi Kerusuhan 1998
Dalam peristiwa kerusuhan di Solo banyak masyarakat Solo yang merasakan dampaknya. Terutama yang dirasakan oleh masyarakat Solo sendiri. Seperti halnya yang dirasakan oleh Bapak Mulyono, salah seorang warga Solo. Menurutnya gerakan mahasiswa itu merupakan gerakan terbesar yang beliau alami. Selama beliau tinggal di Solo, baru tahun 1998 yang membuat rakyat dan mahasiswa bersatu untuk mendapatkan haknya sebagai rakyat. Mereka berjalan menyusuri jalan-jalan di Solo melakukan aksi demo untuk meminta Soeharto turun. Gerakan itu dimulai dari mahasiswa UMS dan bergabung dengan mahasiswa UNS serta dengan warga Solo sendiri. Mereka melakukan pengrusakan disepanjang jalan yang dilalui. Toko-toko kelontong khususnya milik orang Cina menjadi sasaran utama. Swalayan seperti Ratu Luwes dibakar masa. Serta toko-toko lain juga banyak yang dibakar masa.
Dari keterangan Bapak Mulyono pun bisa dirasakan kerusuhan 1998 itu sangat mengerikan. Banyak sekali toko-toko yang dibakar massa juga dijarah massa. Massa saat itu terlihat anarkis dengan melakukan pengrusakan dimana-mana. Banyak tempat-tempat yang dibakar massa seperti bank-bank, toko-toko, showroom mobil, hotel, swalayandan juga fasilitas umum yang disediakan. Aparat yang dikerahkan untuk menghentikan aksi mahasiswa itu tidak lagi dapat membendung karena banyaknya para demonstran. Gabungan dari mahasiswa di seluruh Solo serta warganya semakin membuat aparat kebingungan.
Selain itu, menurut beliau kerusuhan 1998 di Solo itu melumpuhkan kehidupan di Solo. Solo seakan menjadi “Kota Mati atau lumpuh”. Pada malam hari setelah kejadian itu, beliau mengelilingi kota Solo dimana tidak terlihat aktivitas dari warga Solo. Selain itu juga jalan-jalan terlihat sepi. Tidak terlihat lalu lintas dari para pengendara. Untuk berpergian pun tidak terlihat adanya angkutan umum yang lewat. Pagi harinya, banyak karyawan yang belum bisa bekerja karena tempat mereka bekerja menjadi amukan massa. Selain itu, terlihat banyak pedagang yang membersihkan tokonya dan menyelamatkan barang-barang yang masih bisa digunakan. Aktivitas jual beli pun tidak terlihat di Solo.
Dampak juga dirasakan oleh warga Solo, yakni Ibu Nuryati. Sebagai ibu rumah tangga beliau merasakan dampak dari kerusuhan ini. Selama pemerintahan Soeharto pun beliau merasakan krisis yang dialami Indonesia. Awal pemerintahannya, Soeharto terlihat sangat berwibawa dan dipercaya akan membawa Indonesia ke arah yang lebih baik. Tetapi harapannya tidak terwujudkan. Harga-harga barang pokok selalu naik dari waktu ke waktu. Beliau juga kebingunan dalam menata tata keuangan untuk keluarganya. Penghasilan yang didapat tidak mengalami kenaikan, tetapi barang-barang harganya melambung tinggi. Selain itu, masa pemerintahan Soeharto juga tidak ada subsidi gratis untuk kesehatan, pendidikan. Beban yang dirasakan oleh masyarakat sangat berat.
·         Dampak yang Ditimbulkan
Dampak yang ditimbulkan akibat turunya Soeharto dengan aksi demo mahasiswa yakni:
·         Banyak yang hilang pekerjaan akibat tempat-tepat bekerja dirusak ataupun di bakar
·         Kerugian materil yang tidak dapat dihitung lagi.
·         Banyak korban yang menderita fisik dan psikis, apalagi korban dari tindak kekerasan seksual.
Menurut data yang didapatkan dari koran Solo Pos dengan artikel berjudul “Perbankan Tunda Ekspansi”, aksi mahasiswa yang melakukan pengrusakan dan pembakaran menyebabkan kerugian yang sangat besar, berikut data yang didapat:

Perkiraan Kerugian material peristiwa Solo 14-15 Mei 1998
No
Uraian
Nilai kerugian (Rp)
1
Plasa/ Supermarket
189.637.500.000
2
Dealer dan showroom
98.783.700.000
3
Toko-toko dan showroom
83.330.070.000
4
Pabrik
36.262.050.000
5
Bank
19.802.825.000
6
Bus dan garasi
14.298.750.000
7
Hotel dan restoran
5.906.450.000
8
Tempat hiburan dan Bioskop
5.128.500.000
9
Pemukiman dan fasilitas
4.385.100.000
Jumlah
457.534.945.000

·         Berakhirnya Orde Baru
Setelah beberapa demonstrasi, kerusuhan, tekanan politik dan militer, serta berpuncak pada pendudukan gedung DPR/MPR RI, Presiden Soeharto mengundurkan diri pada 21 Mei 1998 untuk menghindari perpecahan dan meletusnya ketidakstabilan di Indonesia. Pemerintahan dilanjutkan oleh Wakil Presiden Republik Indonesia, B.J. Habibie. "Saya memutuskan untuk menyatakan berhenti dari jabatan saya sebagai Presiden RI, terhitung sejak saya bacakan pernyataan ini pada hari ini, Kamis 21 Mei 1998," ujar Soeharto saat membacakan surat pengunduran dirinya. Dalam pemerintahannya yang berlangsung selama 32 tahun lamanya, telah terjadi penyalahgunaan kekuasaan termasuk korupsi dan pelanggaran HAM. Hal ini merupakan salah satu faktor berakhirnya era Soeharto.
Menurut artikel yang dimuat di Solo Pos, pada tanggal 22 Mei 1998 dengan artikel berjudul “Sujud Syukur Para Reformis”, ribuan mahasiswa Solo melakukan demo besar-besaran pada tanggal 20 Mei 1998. Puluhan ribu mahasiswa memadati Kantor Balaikota Solo untuk menuntut turunnya Presiden Soeharto. Mereka akan terus bertahan sampai Soeharto mendur dari kursi kepresidenan. Akhirnya keesokan harinya (Kamis, 21 Mei 1998) sekitar pukul 09.15 WIB menjadi tonggak kemenangan mahasiswa untuk menuntut reformasi. Soeharto menyatakan secara resmi untuk mundur dari jabatan presiden RI, yang disiarkan langsung oleh semua stasiun TV. Para mahasiswa yang berada di lobi DPRD Solo, langsung bersorak dan melakukan sujud syukur di lapangan terbuka depan Gedung Balaikota. Mereka menagis haru, saling peluk antar aktifis pro reformasi dan menari penuh kemenangan. Ada juga orang yang melakukan cukur gundul sebagai ungkapan syukur. Dengan berhentinya Soeharto sebagai Presiden RI, maka berakhirlah masa orde baru, dimana muncul era reformasi.
Runtuhnya Orde Baru yang kepemimpinanya selama 32 tahun tidak lepas dari peranan mahasiswa, yang telah memperjuangkan hak rakyat meskipun harus bertentangan dengan razim pemerintah. Mahasiswa sebagai kaum yang merasa harus bertindak ketika hak rakyat dan bangsa mereka hampir dikatakan sudah tudak ada. Pergatian era dari Orde Lama ke Orde Baru bukan memperbaiki sisi pemerintahan Indonesia melaikan keterpurukan, ini ditunjukan dengan semakin susah hidup rakyat menengah kebawah dan terjaminnya hidup rakyat menengah keatas. Hal ini menunjukkan ketimpangan yang sangat berarti, bagaimana sikap pemerintah yang hanya memperhatikan kaum-kaum tertentu.


·         Peran Mahasiswa Pasca Orde Baru
Era Reformasi atau Orde Reformasi sering disebut sebagai “Era Pasca Orde Baru”. Pada masa ini mahasiswa kembali bebas mengekspresikan dirinya sebagai agen kontrol dan agen perubahan tatanan demokrasi hingga dihasilkan tatanan politik Indonesia pasca reformasi yang lebih demokratis yang diakui oleh dunia internasional.. Mahasiswa adalah sosok yang suka berkreasi, idealis dan memiliki keberanian serta menjadi inspirator dengan gagasan dan tuntutannya. Namun, format kehidupan mahasiswa saat ini, sedikit banyak telah terpengaruh oleh sistem kehidupan yang berlaku sekarang, yaitu sistem demokrasi kapitalis.
Kekuasaan pemerintah yang otoriter akhirnya berakhir, dan era baru dimulai. Kebebasan berpendapatpun akhirnya bisa dirasakan rakyat. Negara yang dulu masyarakatya hidup dibawah tekanan, kini bebas menyampaikan aspirasinya dan berbentuk demokrasi. Proses reformasi pada tahun 1998 telah berdampak besar dalam kehidupan masyarakat di Indonesia. Secara umum, terdapat beberapa perubahan sosial yang terjadi:
1.       Jatuhnya rezim Orde Baru yang telah berkuasa selama 32 tahun. Selama berkuasa, rezim Orde Baru selalu mengedepankan tindakan represif dalam menjaga kelanggengan kekuasaannya. Mundurnya presiden Soeharto telah menjadi tolok ukur dari dari perubahan tersebut. Namun, banyak pula kalangan melihat bahwa mundurnya Soeharto tidak akan memberikan kontribusi terhadap perubahan yang diinginkan.
2.       Struktur pemerintahan. Dalam berbagai tuntutannya, mahasiswa menganggap bahwa struktur pemerintahan di masa Orde Baru menjadi instrumen penindasan terhadap masyarakat. Ini jelas sangat dirasakan oleh para mahasiswa yang telah dibungkam melalui pemberlakuan Normalisasi Kehidupan Kampus/Badan Koordinasi Kemahasiswaan (NKK/BKK). Selain itu, mahasiswa menilai bahwa aparat negara, militer pada khususnya juga menjadi alat pelanggeng kekuasaan. Oleh karena itu, tuntutan yang muncul dari mahasiswa adalah mengembalikan posisi militer pada fungsinya. Salah satu contoh perubahan adalah dicabutnya dwifungsi ABRI.
3.       Perubahan sistem politik di Indonesia. Walaupun sering dikatakan bahwa paham yang dianut oleh sistem politik Indonesia adalah demokrasi, ini jauh berbeda dengan apa yang dirasakan oleh masyarakat. Perbedaan pendapat yang kerap kali dianggap mengganggu stabilitas menjadi hal yang dilarang di masa Orde Baru. Aspirasi politik dari masyarakat kemudian dipersempit dengan sistem tiga partai yang jelas tidak berpihak pada masyarakat. Oleh karena itu salah satu tuntutan mahasiswa pada tahun 1998 adalah melakukan pemilihan umum (pemilu) dalam waktu dekat. Salah satu contoh perubahan dekat adalah pelaksanaan sistem pemilihan umum langsung yang dilaksanakan pada tahun 2004.
Namun mahasiswa saat ini lebih terkesan acuh dan tidak peduli dengan lingkungan sekitarnya apalagi masalah bangsanya. Hanya segelitir mahasiswa yang masih mementingkan rakyat selebihnya justru mementingkan diri sendiriSemangat nasionalisme dan jiwa “sumpah pemudah” seakan mulai memudar dan kemudian hilang, mahasiswa semakin pasif dan menerima semua keputusan pemimpin tanpa ada gerakan apapun. Sekarang yang justru bebas berpendapat mengapa tidak dimanfaatkan oleh mahasiswa. Untuk mengembalikan rasa peduli terhadap sesama sulit diwujudkan.
Demo-demo yang dilakukan mahasiswa terkesan anarkis dan justru membahayakan banyak pihak. Suasana seperti ini menimbulkan asumsi yang kurang baik dari masyarakat. Menyampaikan pendapat dan tuntutan tidak hanya dilakukan dengan cara yang anarkis untuk menarik perhatian, dapat juga dilakukan melaui tulisan-tulisan.
                Saat ini, mahasiswa terkesan lebih takut menyampaikan aspirasi mereka, akibatnya lebih banyak diam dan menunggu. Dalam setiap perjuangannya, mahasiswa mesti selalu berpegang teguh pada nilai-nilai di atas. Melalui kemampuan intelektualnya  yang dimiliki mahasiswa mengakomodasi harapan dan idealisme masyarakat yang kemudian terbentuk dalam ide-ide atau gagasannya. Ide dan gagasan itu merupakan kontribusi paling bermakna dalam cita-cita pembaharuan dalam konteks kebangsaan. Kekuatan inilah yang menjadi semangat dasar perjuangan pemuda / mahasiswa yang telah melahirkan ide-ide sumpah pemuda.
                Dapat dikatakan bahwa semangat juang yang dirasakan pada saat Orde baru dan semangat perjuangan memerangi razim pemerintah hanya dapat bertahan dalam waktu sesaat, yaitu pada saat sedang terjadi kecurangan ditubuh pemerintahan. Selebihnya hanyalah semangat yang semakin lama semakin pudar, gerakan mahasiswa yang mereformasi Indonesia pada saat itu hanya menemukan momentumnya sementara saja, lalu semangat tersebut seakan tidak pernah ada. Partisipasi mahasiswa di masa sekarang berbeda jauh dengan partisipasi di era sebelumnya. Namun dengan berkembangnya globalisasi dan teknologi, pola pikir setiap manusiapun berubah, inilah salah satu penyebab berurangnya sikap nasionalisme dan kepedulian terhadap bangsa. Sehingga semangat juang yang dulu kuat kini semakin rapuh seiring perkembangan globalisasi dan perilaku instan manusia.
            Meskipun keadannya berbeda jauh dari era sebelumnya, dengan menyimak peranan mahasiswa dari masa ke masa maka tentu saja partisipasi dan gerakan mahasiswa tidak boleh berhenti sebelum tercapainya suatu perubahan didalam tatanan kehidupan masyarakat seperti yang dicita-citakan selama ini. Generasi boleh saja berganti dan berubah namun semangat dan cita-cita serta idealisme tetap harus dipertahankan dan jangan biarkan hal tersebut terbawa arus globalisasi.
  
C.    Penutup
Kesimpulan
Masa orde baru adalah masa dimana Indonesia mengalami krisis yang berkepanjangan. Tahun 1998 adalah puncak dari pemerintahan orde baru. Tahun 1998 adalah tahun dimana banyak kerusuhan di banyak tempat. Para mahasiswa turun ke jalan melakukan demonstrasi. Tujuannya adalah untuk melengserkan Soeharto dari posisi menjadi Presiden Indonesia. Soeharto dianggap sudah terlalu lama memimpin negeri ini dan sudah dianggap tidak mampu lagi menjadi presiden. Utang bangsa Indonesia kepada luar negeri terlalu besar dan kemakmuran rakyat belum sepenuhnya merata. Pada bulan Mei 1998 adalah puncak dari kerusuhan mahasiswa. Misalnya yang berada di Jakarta dan Solo. Di Jakarta ada beberapa mahasiswa yang ditembak mati oleh aparat yang semakin membuat para mahasiswa semakin marah. Sementara di Solo, mahasiswa membakar dan merusak fasilitas yang ada. Sehingga Solo seperti kota lumpuh yang tidak ada kehidupan.
Kerusuhan ini membuat banyak kerugian baik itu secara jasmaniah dan rohaniah. Dari segi jasmaniah, banyak orang yang luka-luka bahkan ada beberapa yang meninggal dunia. Sedangkan dari segi rohaniah, membuat tekanan batin bagi warga yang mengalami peristiwa itu maupun keluarga yang ditinggalkan. Dari segi fisik, banyak bangunan yang dirusak dan dibakar masa menyebabkan banyaknya ganti rugi yang harus ditanggung untuk mengembalikan bangunan-bangunan penting, khususnya di Solo.
Runtuhnya Orde Baru tidak lepas dari peranan mahasiswa, yang telah memperjuangkan hak rakyat meskipun harus bertentangan dengan razim pemerintah. Mahasiswa sebagai kaum yang merasa harus bertindak ketika hak rakyat dan bangsa mereka hampir dikatakan sudah tudak ada. Pergatian era dari Orde Lama ke Orde Baru bukan memperbaiki sisi pemerintahan Indonesia melaikan keterpurukan, ini ditunjukan dengan semakin susah hidup rakyat menengah kebawah dan terjaminnya hidup rakyat menengah keatas. Hal ini menunjukkan ketimpangan yang sangat berarti, bagaimana sikap pemerintah yang hanya memperhatikan kaum-kaum tertentu.
Dengan runtuhnya orde baru, maka aspirasi rakyat akhirnya bisa tersampaikan. Pasca Orde Baru, rakyat bisa dengan bebas menyampaikan pendapatnya. Perubahan setelah berakhirnya Orde Baru:
1.      Selama berkuasa, rezim Orde Baru selalu mengedepankan tindakan represif dalam menjaga kelanggengan kekuasaannya. Mundurnya presiden Soeharto telah menjadi tolok ukur dari perubahan tersebut. Namun, banyak pula kalangan melihat bahwa mundurnya Soeharto tidak akan memberikan kontribusi terhadap perubahan yang diinginkan.
2.      Struktur pemerintahan. Dalam berbagai tuntutannya, mahasiswa menganggap bahwa struktur pemerintahan di masa Orde Baru menjadi instrumen penindasan terhadap masyarakat. Ini jelas sangat dirasakan oleh para mahasiswa yang telah dibungkam melalui pemberlakuan Normalisasi Kehidupan Kampus/Badan Koordinasi Kemahasiswaan (NKK/BKK). Selain itu, mahasiswa menilai bahwa aparat negara, militer pada khususnya juga menjadi alat pelanggeng kekuasaan. Oleh karena itu, tuntutan yang muncul dari mahasiswa adalah mengembalikan posisi militer pada fungsinya. Salah satu contoh perubahan adalah dicabutnya dwifungsi ABRI.Perubahan sistem politik di Indonesia. Walaupun sering dikatakan bahwa paham yang dianut oleh sistem politik Indonesia adalah demokrasi, ini jauh berbeda dengan apa yang dirasakan oleh masyarakat. Perbedaan pendapat yang kerap kali dianggap mengganggu stabilitas menjadi hal yang dilarang di masa Orde Baru. Aspirasi politik dari masyarakat kemudian dipersempit dengan sistem tiga partai yang jelas tidak berpihak pada masyarakat. Oleh karena itu salah satu tuntutan mahasiswa pada tahun 1998 adalah melakukan pemilihan umum (pemilu) dalam waktu dekat. Salah satu contoh perubahan dekat adalah pelaksanaan sistem pemilihan umum langsung yang dilaksanakan pada tahun 2004.


Template by:

Free Blog Templates